Translate

Amazon.com: Best Sellers in Books > Business & Money

Sunday, October 9, 2016

PRAKTEK KEPEMIMPINAN


Seiring dengan mulai hangatnya peta persaingan pilkada DKI, maka saya pun jadi kepingin ikut berbicara tentang kepemimpinan tapi dari sisi lain yaitu tentang Praktek kepemimpinan sehari-hari. Saya ingin share  bagaimana kita mengetahui beberapa poin penting tentang praktek kepemimpinan dan bagaimana menggunakannya paling tidak dari kaca mata dan pengalaman saya di level praktis. Jangan dibandingkan dengan para pakar managemen dan kepempinan yang sudah pada kesohor ya...he3x. 
Saya berharap informasi ini bisa bermanfaat bagi anda yang mulai atau sedang  meniti jenjang karir jadi pimpinan di level mana saja dan di bidang apa saja.

Ada Empat komponen dalam praktek kepemimpinan yang akan saya share di sini dan bagaimana penerapannya secara sekilas: Empat komponen itu adalah:

  1. Otoritas (Wewenang)
  2. Power (Kekuasaan)
  3.  Influence (Kewibawaan)
  4. Delegasi
mari kita bahas satu persatu  Praktek kepimpinan di atas.

  1. Otoritas (Wewenang): Otoritas merupakan konsekuensi logis dari jabatan yang diemban. Dengan  otoritas dan wewenang yang melekat ini maka anda  memiliki hak mengambil keputusan penuh berdasar luas dan cakupan otoritas yang dimiliki. Jika anda diangkat menjadi manager oleh atasan atau perusahaan, maka pada dasarnyan perusahaan akan memberikan sebagian otoritas untuk mengelola area tanggung jawab yang diberikan.  Di level pemerintaan katakanlah seperti pak Ahok maka Otoritas diberikan oleh Rakyat melalui PILKADA lalu.  Bentuk dari otoritas ini adalah anda menerima SK atau surat Keputusan dari bos dan atasan anda. Yang terpenting disini adalah dengan wewenang yang  dipunyai maka anda berhak untuk mengambil sendiri keputusan tanpa dipengaruhi orang lain sesuai cakupan tanggung jawab yang diberikan. Makanya penting sekali anda harus tahu batas-batas wewenang yang anda miliki supaya anda tidak kebablasan atau sebaliknya tidak berani mengambil keputusan, sedikit-sedikit tanya ke atasan. Kata kuncinya adalah yang pertama tanyalah kepada pemberi otoritas batas-batas otoritasnya supaya anda  tahu benar kapan menggunakan wewenang anda kapan tidak demi efektifitas kepemimpinan anda. Celakanya kadang-kadang atasan kita juga tidak jelas memberi batas wewenang yang diberikan sehingga malah sering ikut campur dan membuat managernya tidak berani mengambil keputusan.   Kalau kita teropong lagi ke pak  Ahok bagaimana anda menilai beliau dalam menggunakan wewenangnya? Apakah beliau tepat menggunakan wewenang yang diberikan kepadanya ataukah kebablasan ?
  2. POWER. Kekuasaan yang diberikan karena jabatan yang diembannya. Dengan menyadari kekuasaan yang diberikan maka anda memiliki hak untuk memberi reward dan punishment ke bawahan. Mengetahui segala peraturan, protap, jika dipemerintahan ada undang undang adalah penting kalau tidak anda akan gampang terperosok. Power atau kekuasaan ini cenderung membuat orang terlena dan bahkan berlebihan menggunakan kekuasaannya sehingga akhirnya abuse of power dan corrupt. Pengetahuan tentang segala peraturan yang sudah ada akan memberikan koridor dalam penggunaan power ini. Pada pemimpin yang berlebihan dalam menerapkan power ini biasanya dalam jangka panjang efektifitas organisasi berkurang karena banyak melahirkan ABS (asal bapak senang).  Kemampuan seorang pemimpin atau manager dalam menggunakan kedua hal ini yaitu Power & Wewenang akan memberikan modal yang sangat besar dalam keberlangsungan jabatannya.
  3. Influence (pengaruh/kewibawaan). Pada level inilah menurut saya level pemimpin yang  sebenarnya. Peter F drucker mengatakan: “The only definition of a leader is someone who has followers. Kepemimpinan yang anda miliki  akan menjadi sangat efektif untuk menggerakkan organisasi dan  orang-orang yang ada di dalamnya. Follower akan mengikuti apa yang anda katakan dengan kesadaran tinggi karena anda memiliki pengaruh kuat dalam diri mereka. Ini sedikit berbeda dengan  point 1 & 2 dimana  level kepemimpinan anda adalah level manager dimana ketaatan bawahan bisa jadi karena jabatan dan hirarki  yang anda miliki. Makanya tidak heran kalau muncul ungkapan di kantor "jika kucing pergi tikus pada keluar berpesta".  Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana jika awalnya anda  tidak memiliki modal influence yang kuat? Misalnya anda di promosi dari bawah,  maka penggunaan point pertama dan ke dua yang baik dan pas tidak berlebihan dalam memimpin dan berinteraksi dengan team anda maka akan efektif secara perlahan membantu anda dalam membangun influence. Bagaimana mengukurnya jika anda sudah mulai memiliki influence ini? gampang sekali, coba amati sikap dari bawahan anda, apakah mereka :
    • Respect ke anda (bukan semata2 jabatannya) 
    • Mengagumi
    • Percaya dan mau menerima pendapat/saran
    • Melaksanakan pekerjaan tanpa tertekan dan dengan penuh kesadaran, sehingga anda tidak perlu menggunakan power & otoritas lagi. Jika anda masih sering ngomong ke bawahan jika kalian tidak menjalankan perintah saya,  maka akan saya pecat atau anda masih sering memberi ancaman, marah-marah dulu dan bawahan baru jalan, maka berarti anda masih ada di level 1 & 2.   Yang perlu di ingat bahwa level influence ini tentu saja datangnya berbeda-beda pada tiap bawahan anda, ada yang cepat ada yang lambat bahkan ada yang tidak muncul sama sekali. Bagaimana menjaga influence ini? selalu menjaga respek bawahan, selalu membagi pengetahuan, mengikuti perkembangan, menjaga rahasia bawahan dan tidak menyalah gunakan untuk kepentingan pribadi 
  4. Delegasi. Bagian yang terpenting dalam praktek kepemimpinan sehari-hari adalah memberikan delegasi. Bill gates pernah mengatakan : “As we look ahead into the next century, leaders will be those who empower others. Delegasi akan memberikan banyak manfaat, dari sisi pemimpin berarti pekerjaan dan beban bisa di distribusi ke bahawan sehingga meningkatkan efektifitas dan kinerja organisasi, serta menghemat waktu. Dari sisi bawahan hal ini akan mengembangkan dan memberikan penghargaan ke bawahan yang diberi delegasi.  Beberapa hal yang membuat atasan takut memberikan delegasinya adalah masih mengganggap anggota belum mampu, menganggap bawahan tidak mau menerima beban tanggung jawab, atau merasa dapat melakukan sendiri (atau malah takut tersaingi). Saran saya saat memberikan delegasi pastikan bahwa bawahan itu mampu, beri juga motivasi , training dan asistensi. Yang harus diperhatikan juga adalah jangan setengah-setengah dalam memberikan delegasi dan siap mental jika hasilnya tidak sesempurna jika anda lakukan. 

Saya yakin share yang pendek ini belum cukup untuk anda, namun mudah-mudahan ini bisa memotivasi anda untuk mencari dan belajar lagi lebih banyak baik teori maupun praktek. Semoga Berguna dan semoga sukses.


I love  Monday,
arif




tags. Praktek kepemimpinan, Peter drucker, Bill gates, delegasi, wewenang,  kekuasaan, power, influence



No comments: